Skip to main content

GERTAK ! eps .1

Laki-laki berambut model mohawk ala B.A Baracus sepertinya mengincarku. Ia segera menyerangku dengan pukulannya namun dengan mudah kuhindari. Begitu melihat pukulannya bisa dengan mudah kuhindari ia segera menyerangku kembali. Ia melompat sambil menendang ke arah dadaku. Sambil tertawa mengejeknya, aku memiringkan tubuhku ke samping sementara tangan kananku membuat gerakan balasan. Tubuh laki-laki itu mencelat ketika pukulanku mengenai wajahnya dengan telak. Saat dirinya masih sempoyongan mengatur keseimbangan tubuhnya aku segera menyerangnya lagi dengan pukulan serta tendangan beruntun.

Karena belum benar-benar siap maka semua seranganku dengan telak menghantam tubuhnya hingga jatuh terbanting dengan keras. Melihat aku kembali bersiap-siap untuk melancarkan serangan susulan laki-laki berambut mohawk itu segera mengangkat kedua tangannya kedepan.

“Cu-kup... Cu-kup... Gu-e nye-rah.” Ucapnya terputus-putus dengan nafas ngos-ngosan.

#####​

POV Sakti

Sambil menunjuk ke arahku, laki-laki bergigi tonggos dan bermata belo berlari menerjangku. Aku sengaja mengadu pukulan ingin mengetahui seberapa keras pukulannya.

KRREEKK.....

“Aarrgghhhh...”

Jari-jari tangannya yang beradu dengan tanganku remuk, ia melolong kesakitan. Tidak sampai disitu saja penderitaannya, kakiku yang membuat gerakan menjejak mengarah ke lututnya sukses membuat tulang-tulang pada bagian tersebut gemeretak. Suara lolongannya semakin keras terdengar. Laki-laki itu jatuh terduduk kesakitan. Kakinya terlihat bengkok.

“Ampun... Ampun... Jangan diterusin.” Ucapnya mengiba saat melihat aku mengepalkan tangan kembali.

#####​

POV Guntur

Aku sengaja menghadang 2 orang terakhir yang belum dapat lawan. Merasa menang jumlah mereka segera menyerangku secara bersamaan namun aku masih dapat menghindari kedua serangan tersebut. Setelah kedua serangan tersebut lewat, aku segera melancarkan serangan balasan. Tendanganku mengarah ke perut laki-laki yang berambut gimbal, ia berusaha menghindari tendanganku dengan cara memundurkan perutnya sehingga tubuhnya membungkuk. Melihat posisi lawan seperti itu aku segera melanjutkan seranganku mengunakan dengkul ke arah wajahnya. Laki-laki itu tersurut mundur dengan hidung melesak serta bercucuran darah segar.

Melihat kawannya terluka, Laki-laki berdahi lebar segera menyerangku kembali. Menyadari hal itu aku memutar tubuhku lalu dengan gerak cepat menangkap tangan laki-laki tersebut kemudian memuntirnya. Dengan tangan kiri kucengkram bahunya dengan keras. Kedua tanganku ku arahkan ke kedua arah yang berlawanan dengan keras sehingga sendi bahu yang kucengkram tadi bergeser. Tidak puas sampai disitu setelah melepaskan pelintiran pada tangannya, aku segera memukulkan tangan kananku ke arah leher laki-laki berdahi lebar tersebut. Terdengar suara teriakan yang tercekik dari orang itu. Dia pun jatuh sambil memegangi lehernya. Aku segera mendekatinya , laki-laki itu terlihat ketakutan ketika aku berdiri tepat dihadapannya. Ia tidak bisa berbicara sehingga hanya membuat gerakan menyerah dan minta ampun padaku.

#####​

Mengetahui anak buahnya dapat dilumpuhkan dengan mudah, pimpinan berandal tersebut segera mengurungkan niatnya memperkosa cewek yang tadi berhasil dikalahkannya. Kini cewek tersebut dijadikan tameng baginya agar kami tidak berbuat macam-macam padanya.

“Jangan mendekat atau gue bunuh cewek ini!”

“Lu kira gue dateng mau nyelamatin cewek itu? Lu salah! Gue cuma nggak suka daerah tongkrongan gue seenaknya aja dipake buat ribut-ribut. Sehabis lu bunuh cewek itu giliran gue yang akan bunuh lu karena berani-beraninya bikin keributan di wilayah gue.”

Rupanya gertakkanku termakan olehnya. Laki-laki itu terlihat kebingungan harus berbuat apa sehingga jepitannya pada cewek itu mengendur. Kesempatan itu digunakan cewek tersebut untuk meloloskan diri dari cengkraman pimpinan berandal tersebut. Laki-laki tersebut terkesiap melihat buruannya bisa meloloskan diri. Dengan sisa-sia tenaganya, cewek yang sudah setengah telanjang tersebut menyerang laki-laki yang tadi mengerjainya. Tendangan cewek itu dengan telak mendarat di selangkangan laki-laki setengah baya tersebut. Disaat laki-laki ber-berewok tipis itu kesakitan sambil memegangi daerah selangkangannya, dengan ganas cewek bertubuh tinggi semampai itu menghujamkan pukulannya kearah rahang laki-laki tersebut yang langsung limbung. Tidak sampai disitu saja, cewek itu kembali melancarkan pukulan bertubi-tubi ke arah wajahnya. Laki-laki setengah baya itupun roboh dengan wajah babak belur.

Setelah tidak punya tenaga lagi baru cewek cantik itu menghentikan rangkaian pukulannya. Nafasnya tersengal-sengal sehingga dadanya terlihat naik-turun. Sesaat kami terpana melihat pemandangan erotis dihadapan kami. Seorang cewek cantik dengan tubuh setengah telanjang yang basah oleh peluh berdiri dihadapan kami dengan buah dada yang terayun naik-turun. Tentu saja sebagai laki-laki normal penis kami berempat langsung bereksi dengan sempurna. Secara naluri pun kami segera mendekati cewek cantik tersebut.

Cewek berambut hitam panjang tergerai tersebut baru menyadari kondisinya saat kami hanya beberapa langkah mengerubunginya.

“Eh... Mau apa kalian?” Tanya cewek tersebut ketakutan.

“Minta imbalan...” Jawab Jati dengan spontan.

Wajah cantik cewek tersebut kembali pucat mendengar jawaban temanku. Ia tahu nggak akan bisa melawan lagi karena tenaganya bener-bener sudah habis.

“Please jangan apa-apain gue, gue yakin kalian nggak seperti mereka.” Katanya mengiba.

“Kita emang nggak seperti mereka, tapi kita juga cowok normal yang nggak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Liat nih kontol gue udah sesek banget dicelana.” Lanjut Jati dengan tatapan nanar.

Cewek itu keliatan panik, nggak tahu harus berbuat apa. Dia bingung mau bergerak kemana karena kami sudah mengepungnya. Tanpa disadari air matanya mulai keluar di pinggir matanya yang indah. Kami makin merapat kearahnya, tubuhnya nampak semakin gemetaran. Buah dadanya semakin terayun-ayun naik-turun akibat kelelahan sehingga belum bisa mengatur jalan nafasnya serta rasa berdebar-debar ketakutan melihat wajah kami yang terlihat bernafsu memandanginya.

“Bwa hahahaha.....” Tawa kami berempat pun pecah melihat pemandangan itu.

Aku segera membuka kemejaku lalu mendekatinya. Cewek itu sempat menyurutkan langkahnya menghindariku karena ketakutan, namun setelah aku memakaikan kemejaku menutupi tubuhnya yang telanjang dia pun merasa sedikit tenang. Dengan perasaan yang masih sedikit was-was dikancingkannya kemeja pemberianku yang sepertinya ngepres di badannya sehingga bentuk tubuhnya tercetak dengan jelas. Ketika dirinya kembali memperhatikan kami satu persatu, cewek itupun semakin tenang pikirannyaketika didapatinya tatapan kami tidak lagi buas walaupun masih nampak mesum. Kemudian ia mengucapkan terima kasih sambil memperkenalkan dirinya.

“Terima kasih atas pertolongannya. Gue kira udah nggak ada harapan lagi... Siska.....”

“Jati...” Sambut temanku yang keliatannya memang paling bernafsu sama cewek itu.

“Sakti... Guntur...” Sahut 2 temanku lainnya.

“Bimbim... Tenang aja mbak, kita emang bukan anak baik-baik tapi kita juga nggak suka nyakitin perempuan. Apalagi perempuan cantik kaya mbak. Tadi kita cuma iseng aja... Biasa cowok, otaknya suka mesum.”

“Hmmm..... Keliatan dari muka-muka lu semua. Pantesan gue dikasih baju ngepres kaya gini, sengaja ya. Kan bisa aja yang ngasih pinjem kemeja itu dia.” Ucap Siska sambil menunjuk Guntur yang tubuhnya memang besar.

“Hehehehe..... Anggap aja sedekah mbak.”

“Iyalah daripada gue tadi diperkosa mahluk-mahluk bejat kaya mereka, mendingan ngasih sedekah buat cowok-cowok mesum kaya kalian. Gue nggak akan lupain pertolongan kalian, sekali lagi terima kasih.”

“Masa terimakasih doang...”

Siska pun menghampiri kami sambil mencium pipi kami satu per satu, tentu saja kami langsung kegirangan. Kemudian gadis itu mohon diri pada kami, aku sempat menawarkan diri menemaninya pulang namun ditolaknya.

“Sorry bukannya mau ngecewain elu, tapi nanti yang lain iri. Nggak adilkan yang nolong berempat tapi yang nganterin pulang cuma elu sendirian.”

“Oh soal itu santai aja mbak. Mereka bisa ngawal pake motor mereka. Kasian mbaknya pasti masih trauma kalo pulang sendiri.”

“Sialan lu Bim, main serobot aja.”

“Yee... Emangnya lu pada udah bisa nyetir mobil?”

“Kan bisa yang nyetir tetep mbaknya tapi gue yang nemenin dia di dalem mobil.” Sahut Jati tak mau kalah.

“Nggak malu apa lu disetirin cewek?” Tanyaku yang juga nggak mau mengalah.

“Sudah... Sudah... Dasar anak-anak mesum. Hal gituan aja diributin. Biar adil kalian berempat ngawalnya pake motor semua. Satu lagi jangan panggil gue pake sebutan mbak lagi, kesannya gue ini dah tua. Panggil aja Siska.”

“Nah gitu baru adil. Tapi tunggu sebentar ya mbak... eh, Siska. Kita mau beresin tempat tongkrongan dulu. Ayo Gun bantuin gue.”





Sakti dan Guntur segera meninggalkan kami menuju tempat tongkrongan sementara aku dan Jati menemani Siska ngobrol sambil menunggu kedua temanku kembali dari tempat tongkrongan. Dari obrolan kami aku mengetahui bahwa saat ini usia Siska sudah 23 tahun, tepat seperti perkiraanku, dan bekerja sebagai sekertaris di salah satu perusahaan multi company besar di kota ini.

Tak lama kemudian Sakti dan Guntur sudah kembali, selanjutnya kami pun meninggalkan lokasi tersebut. Siska mengendarai mobilnya sendirian diikuti Jati yang memboncengiku serta Guntur yang memboncengi Sakti. Di tengah perjalanan kami sempat melewati berandal-berandal yang tadi mengeroyok Siska. Hanya pimpinan berandal tersebut yang berani menatap kami dengan tatapan menyimpan dendam, sedangkan anak buahnya tidak ada satupun yang berani mengangkat wajahnya menatap kami. Mereka hanya mengalihkan pandangan sambil memperlambat laju motor yang mereka naiki ketika rombongan kami melewati iring-iringan mereka.

Ternyata tempat tinggal Siska lumayan jauh dari tempat tongkrongan kami. Butuh hampir 1 jam untuk sampai ke rumah kontrakannya yang cukup besar di suatu kawasan elit sebelah selatan pusat kota. Dia pun sempat menawarkan kami mampir di rumahnya untuk minum sebentar namun dengan halus aku menolaknya dengan alasan sudah larut malam dan perjalanan kami kembali cukup jauh. Siska pun kembali mengucapkan terima kasih karena telah menolongnya serta mengawalnya hingga sampai di rumah, lalu dia pun masuk ke dalam rumahnya.

“Bego lu Bim, ditawarin mampir malah ditolak.”

“Udah malem, besok gue harus masuk sekolah. Lagian malem ini dia pasti cape banget, ntar yang ada malah kita ganggu waktu istirahatnya. Yang pentingkan kita udah kenalan dan tahu rumahnya, kapan-kapan kita bisa main kemari kalau ada kesempatan.”

“Waktu ngobrol-ngobrol tadi kalian nyimpen nomor telponnya, kan?” Tanya Sakti.

“Pastinya...” Jawabku dan Jati bersamaan.

“Ya udah kalo gitu kita balik sekarang. Bener kata Bimbim kayanya saat ini tuh cewek butuh istirahat yang cukup.” Lanjut Sakti.

Kami pun segera meninggalkan rumah kontrakan Siska. Sepanjang perjalanan sesekali kami mengobrol diselingi candaan-candaan ringan seputar Siska hingga akhirnya kami berpisah. Jati mengantarku hingga persis di depan rumah kontrakkan Pak Ali. Setelah mengucapkan salam perpisahan aku segera masuk rumah tersebut.

Saat berada dikamar tidurku, sambil tiduran aku kembali mengingat-ingat kejadian tadi malam. Bayangan tubuh setengah telanjang Siska yang berpeluh kembali terlintas dalam pikiranku. Alhasil malam itu akupun bermimpi indah sedang menggumuli cewek tersebut dengan panas.






Promo New Member Bonus 25% Sportbook
New Bonus Deposit 5%
Bonus Cashback 5% sampai 10% Sportsbook
Bonus 1% Rollingan Casino
New Cashback 100%
Mari bergabung bersama kami di www.dewa168.com
Untuk Informasi Selanjutnya silahkan menghubungi CS 24 jam kami
Yahoo Messenger : cs.dewa168@yahoo.com
Blackberry Messenger : 25CBBB46
Livechat : Tersedia di website kami di www.dewa168.com
Via Hp : wap.dewa168.com
Proses Depo/WD Cepat, Aman, dan Terpercaya !!

Popular posts from this blog

Hadiah Pendewasaan Dari Mbak Yuni

Dewa168 - Mbak Yuni adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku. Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Yuni ikut dengan keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya. Setelah itu kami jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yang dipindah tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya. Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa...

Ibu Tiri Ku, Dia yang Menggoda Ku

Aku adalah anak semata wayang dari manajer di perusahaan besaar di jakarta sebut saja aku dani dengan kulit putih dan wajah yang menurutku gak ganteng dan gak jelek tapi kata orang mmuka aku gemesin ngangenin & tinggi 169cm dan berat badan 57kg . Di saat usiaku 15 tahun papahku bercerai dengan ibu kandung dan ibuku lah yang mendapatkan hak asuh walaupun aku sudah tidak tinggal dengan papah lagi tetapi papah selalu menjemputku untuk menginap dirumahnya yang sangat besar waktu itu aku menghabiskan waktu bersama papah dengan menonton klub kesukaan kita manchester city hari demi hari berlalu tetapi papah selalucerita dengan aku kalau ingin mempunyai mamah baru untuk aku,,, walaupun aku tidak setuju dengan papah tapi papah ttp saja ingin mencari pendamping untuk hidupnya . Lalu sebulan kemudian papah menikahi janda dengan 1 anak "dina" istri papah sangat cantik dengan paras wajah wanita sunda yang cantik dengan tinggi badan 172cm dengan payudara yang sangat besar seperti pep...

Tragedi dan Birahi

Setelah aku sehat dan kembali dari rumah sakit membawa bayiku, dan bayiku berusia 1 tahun, dengan lemmbut suamiku meminta izin untuk menikah lagi. Alasannya, baginya seorang anak tak mungkin. Dia harus memiliki anak yang lain, laki-laki dan perempuan. Dengan sedih, aku "terpaksa" merelakan suamiku untuk menikah lagi.  Parakanku sudah tdiangkat, demi keselamatanku dan kesehatanku. Sejakl pernikahannya, dia jarang pulang ke rumah. Paling sekali dalam seminggu. Kini setelah usia anakku 15 tahun, suamiku justru tak pernh pulang ke rumah lagi.  Dia telah memiliki 4 orang anak, tepatnya dua pasang dari isteri mudanya dan dua anak lagi dari isterinya yang ketiga. Aku harus puas, memiliki tiga buah toko yang serahkan atas namaku serta sebuah mobil dan sebuah taksi selain sedikit deposito yang terus kutabung unutk biaya kuliah anakku Irvan nanti. Irvan sendiri sudah tak perduli pada ayahnya.  Malah, kalau ayahnya pulang, kelihatan Irvan tak bersahabat dengannya. Aku...