Skip to main content

Di Mahasiswi Sempurna untuk Ku

Di Mahasiswi Sempurna untuk Ku
Namaku Tyo, umurku 38th.
Aku seorang duda dengan 1 orang anak laki2 yg berumur 15th. Memang waktu itu aku menikah di usia yang cukup muda. Sudah 3 tahun aku menduda. Istriku meninggal karena pendarahan waktu mengandung anak ke-2 kami.

Selama menduda aku sudah berapa kali mencoba hubungan dengan gadis maupun janda tetapi belum ada yang berhasil. Sampai akhirnya 1 tahun yang lalu aku bertemu dengan seseorang yang kurasa cukup spesial.
Sejak sekitar 6 bulan yang lalu aku menjalin hubungan dengannya, seorang janda, sebut saja namanya Desi, umur 31th. Dia sudah punya seorang anak perempuan yang sudah berumur 15 tahun juga, sama dengan anakku, sudah kelas 3 menjelang lulus SMP. Nama anaknya Nisa. Sekelas dengan anakku. Badannya lumayan tinggi untuk anak seumurannya. Anaknya putih semampai. Periang dan suka morotin aku; minta es krim lah, jepitan rambut lah, bros jilbab lah dsb. Aku suka aja diporotin anak kecil. Paling juga tidak seberapa. Ya itung-itung buat mengambil hatinya. Nisa kalau ke sekolah berjilbab, meski di rumah dia tidak memakainya.

Aku sudah sering main ke rumah Desi. Belum pernah menginap, selalu pulang sebelum malam, jadi masyarakat sekitar juga tidak menaruh curiga. Selain itu setiap kali aku berkunjung, pintu depan rumah tidak pernah ditutup, selalu dibiarkan sedikit terbuka; Meskipun sudah beberapa kali aku ngamar dengan Desi ketika anak kami sedang sekolah.
Lingkungannya memang cenderung cuek, karena rumah Desi memang berada di kompleks perumahan elit. Mantan suaminya adalah seorang duda kaya yang menikahi Desi pada waktu Desi berumur 16 tahun. Itu pun karena Desi hamil duluan. Suaminya sudah berumur 40 tahun ketika menikahi Desi. Pak Didik namanya. Duda tanpa anak karena anak satu-satunya meninggal dalam kecelakaan mobil balap ketika melakukan balapan liar di jalan raya. Istri pertamanya meninggal ketika melahirkan anak satu-satunya tersebut. Setelah itu dia sudah menikah 2x tetapi semua dicerai karena tidak bisa memberikan keturunan. Mungkin karena itulah dia menghamili Desi dulu sebelum menikahinya.
Dan Pak Didik sendiri sudah meninggal 5 tahun lalu karena kanker paru. Dia memang perokok berat. Usaha Pak Didik akhirnya diteruskan oleh Desi. Usaha percetakan yang cukup besar dan sukses. Dari situlah aku sekitar 1 tahun lalu mengenal Desi dengan lebih dekat ketika aku order cetakan yang lumayan banyak untuk kampanye saudara sepupuku dalam Pilkada setempat yang akhirnya dimenangkannya. Sebelumnya aku hanya sering ketemu waktu jemput anak kami masing-masing ketika pulang sekolah.

Pagi itu, aku ingat hari Sabtu, sekitar jam 9 aku sudah bersiap bertandang ke rumah Desi karena memang sebelumnya sudah janjian untuk ketemu. Untuk apa lagi selain untuk bercinta. Kami memang melakukannya sekitar 1x seminggu di sela kesibukan masing-masing. Kami mulai melakukannya di bulan ke-3 hubungan kami. Ya gimana lagi, sama-sama butuh. Seringnya kami melakukannya di rumah Desi meskipun kadang kami menyewa kamar hotel.

Aku sudah hampir memasuki gerbang perumahannya ketika sebuah panggilan telepon datang. Dari Desi ternyata..
"Mas, halo... Aduuh sori banget. Aku tiba2 harus ke Bandung nih. Pulang besok. Tadi lupa mau ngasih tahu. Ada klien tiba2 pengen ketemu ngobrolin pesanan cetakan dari luar negeri. Besar ini orderannya dan proposalku yang diterima jadi harus miting persiapan sambil ngomongin proses kontraknya. Sori ya Mas, kita belum jadi ketemu. Kunci pagar aku titipin Satpam perumahan. Aku juga udah bilang ke Satpan kalau Mas mungkin akan nginep. Mas nginep aja kalau mau, sambil jagain Nisa. Dia belum berani di rumah sendirian, terus kakakku juga lagi di luar kota jadi gak bisa jagain... Sori ya Mas. Besok aku gantiin deh aku mau diapain aja sama Mas... hihihi... Eiya aku juga belum bilang Nisa kalau Mas mau ke sini. Aku cuman pamit kalau mau ke Bandung pulangnya besok...

Mas. Mas. Kok diem aja siiih....", Desi nyerocos aja gak ngasih kesempatan aku ngomong. Tapi mungkin dia juga merasa bersalah sudah melanggar janji ketemu. Aku yang sudah kepalang basah hampir sampai rumahnya dalam keadaan horni berat akhirnya meng-iyakan saja permintaannya.

"Iya iya... lha kamu dari tadi nyerocos terus aku belum ngomong apa-apa. Salah sendiri... OK deh gapapa. Tapi beneran lho. Besok kasih yang spesial. Pokoknya aku pengen Paramex ( istilah kami untuk anal sex - Pantat rasa memex :D, sesuatu yg Desi selalu menolak selama ini )", ujarku.

"Iya deeeh... Udah dulu ya Mas. Ini sopirnya gak tau jalan kayanya. Jadi aku harus buka Waze... Wiz yo Mas (udah dulu ya Mas) hihihi... muachh...", Desi akhirnya kabur. Meninggalkan diriku dalam kondisi kentang...

Akhirnya aku berhenti di depan gerbang perumahannya yang cukup luas dan memarkirkan Pajero Sport pemberian sepupuku sebagai hadiah sudah memenangkannya di Pilkada kemarin, di parkiran luar. Aku kemudian berjalan menghampiri pos satpam. Tetapi sebelum aku sampai, Pak Yono, salah satu satpam di situ menghampiriku tergopoh2.
"Bos Tyo, tadi ada pesen dari Bu Desi, katanya Bos Tyo mau nginep jagain rumah. Ini kunci pagarnya ada di saya. Tapi Bu Desi nggak ngasih saya kunci rumah. Katanya Bos Tyo sudah tahu... Sudah dulu ya Bos. Saya mau ke belakang ini. Mulas...", kata Pak Yono sambil menyerahkan kunci pagar rumah Desi dan ngeloyor terbirit ke WC pos satpam.

("Kampret ini orang2 pada kenapa sih nyerocos aja ngomongnya gak ngasih aku kesempatan jawab, langsung pada ngabur semua..."), batinku. Yah, tapi gak bisa juga nyalahin Pak Yono. Mungkin dia emang sudah sejak tadi kebelet tapi harus nungguin aku datang.


Aku memang sudah kenal dengan satpam-satpam di sini. Ya namanya usaha, bina lingkungan biar aku gak diganggu mereka dan malah bisa dilindungi. Sering aku kasih mereka rokok atau makanan kecil maupun besar beserta minumnya ketika aku berkunjung ke rumah Desi, meskipun aku sendiri nggak ngerokok. Aku juga sering mampir di pos sekedar ngobrol atau nemenin nonton bola satpam-satpam di sini.
Untuk kunci rumahnya, Desi sudah memberi tahu lokasi kunci cadangan rumahnya di bawah salah satu lampu taman.

Aku putuskan untuk menaruh mobilku di depan gerbang perumahan dulu saja biar dijagain Pak Yono dan berjalan kaki ke rumah Desi yang letaknya tidak jauh dari gerbang. Belum yakin juga mau nginap di sini. Keinget anakku sendiri juga nanti gak ada temannya. Mungkin aku bisa minta Nisa ngajak temennya nginep buat nemenin. Malem Minggu ini.

Sesampai di sana aku coba membuka gembok pagar, tetapi ternyata tidak terkunci. Dasar Desi. Tadi dia pasti tergesa-gesa jadi malah kelupaan nggak kunci pagarnya cuman nitipin kunci aja. Aku jadi geli sendiri.
Begitu masuk aku tutup kembali pintu pagar. Lancar sekali, batinku. Ini pasti kemarin baru diperbaiki roda-rodanya karena memang sebelumnya Desi ngeluh pagarnya susah ditutup dan berisik kalau didorong.
Aku kemudian mengambil kunci cadangan rumahnya yang merupakan kunci pintu samping belakang rumah yang langsung akses ke dapur. Sewaktu berjalan ke arah pintu luar dapur, ketika melewati kamar Nisa, anak perempuan Desi, sayup-sayup kudengar suara musik dari dalam kamar Nisa.

"Lhah, ternyata Nisa di rumah toh.... Ngapain tuh anak nggak sekolah. Apa mungkin pulang awal kali. Atau jangan-jangan bolos", batinku.

Aku bergegas menuju pintu dapur hendak mengkonfrontir Nisa kenapa dia tidak sekolah. Segera kubuka pintu dapur, dan ya ampun, ternyata Nisa memutar musik di kamarnya dengan suara cukup keras. Dari luar tadi tidak terlalu terdengar karena memang jendela kamarnya tipe sealed untuk ruangan ber AC. Tetapi ada jendela nako antara kamar Nisa dan dapur. Dari situlah suara musik dari kamar Nisa menerobos ke dapur. Waktu aku melewati jendela nako penghubung kamar Nisa dengan dapur, kulihat kordennya tidak tertutup seluruhnya. Dan waktu kucermati pemandangan yang terlihat, sungguh mengejutkanku. Di layar komputer Nisa yang tidak terlihat seluruhnya dari tempatku berdiri, kulihat film sedang diputar. Ketika agak kucermati, ternyata film bokep JAV yang aku pernah tonton berdua dengan Desi. Ini pasti Nisa dapat nemu DVD yang disimpan Desi. Pemberianku dulu. Ceritanya adalah 2 orang gadis Jepang yang di gang bang oleh sekitar 10 orang laki-laki dan nantinya diakhiri dengan creampie (crot di dalam).

Tapi Nisa tidak terlihat di kursi depan komputer. Aku jadi panas dingin. Di mana nih anak. Pikiranku sudah ke mana-mana. Jangan-jangan lagi masturbasi di tempat tidur. Tempat tidur memang tidak terlihat lewat jendela nako dari tempatku berdiri.
Akhirnya kudekati lebih dekat lagi jendela kamar Nisa agar dapat melihat situasi di kamar. Posisi lampu dapur memang mati sehingga dapur dalam kondisi gelap. Dan dapur rumah Desi termasuk kurang didesain dengan baik dari sisi penerangan alami, sehingga pada siang hari pun kondisinya gelap jika lampu tidak dihidupkan. Apalagi jika pintu samping terturup. Jauh lebih gelap daripada kamar Nisa yang lampunya sedang dihidupkan. Kusapukan pandanganku ke sekeliling kamar, mencoba mencari letak tempat tidur Queen Size Nisa.
Pemandangan yang kulihat sungguh amat sangat mengejutkanku ketika mataku menemukan letak tempat tidur Nisa....


Promo New Member Bonus 25% Sportbook
New Bonus Deposit 5%
Bonus Cashback 5% sampai 10% Sportsbook
Bonus 1% Rollingan Casino
New Cashback 100%
Mari bergabung bersama kami di www.dewa168.com
Untuk Informasi Selanjutnya silahkan menghubungi CS 24 jam kami
Yahoo Messenger : cs.dewa168@yahoo.com
Blackberry Messenger : 25CBBB46
Livechat : Tersedia di website kami di www.dewa168.com
Via Hp : wap.dewa168.com
Proses Depo/WD Cepat, Aman, dan Terpercaya !!

Popular posts from this blog

Hadiah Pendewasaan Dari Mbak Yuni

Dewa168 - Mbak Yuni adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yang ikut dengan keluargaku di Kota Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaku di kota untuk melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaku terutama merawat aku. Kami sangat akrab bahkan di juga sering ngeloni aku. Mbak Yuni ikut dengan keluargaku sampai dia lulus SMA atau aku kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aku belum ada perasaan apa-apa terhadapnya. Setelah itu kami jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun kemudian ia menikah dan waktu aku kelas dua SMP aku harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar mengikuti ayah yang dipindah tugas. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Kami hanya berhubungan lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aku lulus SMA aku pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya. Sesampai di rumah nenek aku tahu bahwa...

Ibu Tiri Ku, Dia yang Menggoda Ku

Aku adalah anak semata wayang dari manajer di perusahaan besaar di jakarta sebut saja aku dani dengan kulit putih dan wajah yang menurutku gak ganteng dan gak jelek tapi kata orang mmuka aku gemesin ngangenin & tinggi 169cm dan berat badan 57kg . Di saat usiaku 15 tahun papahku bercerai dengan ibu kandung dan ibuku lah yang mendapatkan hak asuh walaupun aku sudah tidak tinggal dengan papah lagi tetapi papah selalu menjemputku untuk menginap dirumahnya yang sangat besar waktu itu aku menghabiskan waktu bersama papah dengan menonton klub kesukaan kita manchester city hari demi hari berlalu tetapi papah selalucerita dengan aku kalau ingin mempunyai mamah baru untuk aku,,, walaupun aku tidak setuju dengan papah tapi papah ttp saja ingin mencari pendamping untuk hidupnya . Lalu sebulan kemudian papah menikahi janda dengan 1 anak "dina" istri papah sangat cantik dengan paras wajah wanita sunda yang cantik dengan tinggi badan 172cm dengan payudara yang sangat besar seperti pep...

Tragedi dan Birahi

Setelah aku sehat dan kembali dari rumah sakit membawa bayiku, dan bayiku berusia 1 tahun, dengan lemmbut suamiku meminta izin untuk menikah lagi. Alasannya, baginya seorang anak tak mungkin. Dia harus memiliki anak yang lain, laki-laki dan perempuan. Dengan sedih, aku "terpaksa" merelakan suamiku untuk menikah lagi.  Parakanku sudah tdiangkat, demi keselamatanku dan kesehatanku. Sejakl pernikahannya, dia jarang pulang ke rumah. Paling sekali dalam seminggu. Kini setelah usia anakku 15 tahun, suamiku justru tak pernh pulang ke rumah lagi.  Dia telah memiliki 4 orang anak, tepatnya dua pasang dari isteri mudanya dan dua anak lagi dari isterinya yang ketiga. Aku harus puas, memiliki tiga buah toko yang serahkan atas namaku serta sebuah mobil dan sebuah taksi selain sedikit deposito yang terus kutabung unutk biaya kuliah anakku Irvan nanti. Irvan sendiri sudah tak perduli pada ayahnya.  Malah, kalau ayahnya pulang, kelihatan Irvan tak bersahabat dengannya. Aku...